Pelajar Keroyok Penumpang Angkot Hingga Terluka, Polisi Sigap Datangi Sekolah

Pelajar Keroyok Penumpang Angkot Hingga Terluka, Polisi Sigap Datangi Sekolah

Pelajar Keroyok Penumpang Angkot – Suasana siang di sebuah jalanan padat Kota Bekasi mendadak berubah menjadi medan horor. Seorang pria paruh baya yang baru saja turun dari angkot menjadi korban pengeroyokan brutal oleh sekelompok pelajar berseragam. Tubuhnya terkapar, wajahnya lebam, darah mengalir dari pelipisnya, sementara warga sekitar hanya bisa terpana menyaksikan insiden sadis yang terjadi di siang bolong itu.

Menurut saksi mata, keributan bermula dari cekcok kecil di dalam angkot antara korban dan salah satu pelajar. Namun siapa sangka, cekcok itu memicu aksi biadab yang melibatkan lima hingga tujuh pelajar yang dengan penuh emosi menyerang korban secara membabi buta. Tendangan, pukulan, bahkan hantaman helm menjadi “senjata” yang mereka gunakan.

Kronologi Awal Pelajar Keroyok Penumpang Angkot

Tidak butuh waktu lama, video pengeroyokan yang direkam warga langsung viral di media sosial. Dalam hitungan jam, polisi turun tangan. Aparat dari Polsek setempat bergerak cepat. Mereka mendatangi sekolah yang disebut-sebut menjadi tempat para pelaku menimba ilmu.

Kedatangan polisi di pagi hari itu menggegerkan lingkungan sekolah. Suasana yang biasanya tenang dan dipenuhi canda tawa siswa, mendadak berubah tegang. Para guru hanya bisa terdiam, sementara beberapa siswa terlihat panik. Aparat membawa data dan video sebagai bukti. Mereka tak sekadar “bertanya”, mereka mengidentifikasi langsung para pelajar yang terlibat.

Menurut Kapolsek setempat, pihaknya tidak akan mentoleransi aksi kekerasan yang dilakukan oleh siapapun, terlebih oleh pelajar yang seharusnya menjadi generasi penerus bangsa. “Kami akan panggil orang tua, pihak sekolah, dan jika perlu, proses hukum tetap berjalan,” tegasnya.

Baca Juga Berita Terbaik Lainnya Hanya Di equinoxatknight.com

Lemahnya Kontrol Sosial dan Pengawasan Pendidikan

Kejadian ini menjadi potret buram lemahnya kontrol sosial terhadap remaja. Bagaimana bisa pelajar yang seharusnya berada di bawah bimbingan guru dan orang tua justru menjelma menjadi pelaku kekerasan di ruang publik? Apa yang salah dalam sistem pendidikan dan pengawasan kita?

Fenomena ini bukan sekadar soal emosi remaja. Ini tentang gagalnya pembinaan karakter. Tentang sistem pendidikan yang lebih fokus pada angka daripada akhlak. Tentang institusi keluarga yang mulai kehilangan kendali atas anak-anaknya. Dan tentu saja, tentang lingkungan yang semakin permisif terhadap kekerasan.

Banyak pihak menyayangkan, namun seolah sudah terlalu sering. Media sosial penuh dengan video serupa. Pelajar tawuran, pelajar menghina guru, pelajar merusak fasilitas publik. Kini, pelajar mengeroyok warga sipil. Apa lagi selanjutnya?

Viral di Dunia Maya, Kecaman Membanjiri

Tagar #PelajarBrutal langsung menjadi trending di berbagai platform sosial media. Ribuan netizen membanjiri kolom komentar dengan kalimat-kalimat kecaman. Sebagian menuntut agar para pelaku dikeluarkan dari sekolah. Sebagian lain meminta agar mereka diproses hukum seperti pelaku dewasa.

Wajah para pelaku pun mulai tersebar. Video yang memperlihatkan detik-detik pengeroyokan dibedah oleh netizen. Satu per satu pelaku berhasil diidentifikasi. Ini bukan lagi soal nama baik sekolah, tapi soal keadilan bagi korban yang kini harus menjalani perawatan medis akibat luka dalam dan trauma psikologis.

Ironisnya, ada pula yang membela. “Namanya juga anak-anak, masih labil,” komentar salah satu akun. Komentar seperti inilah yang menunjukkan kenapa kekerasan semacam ini bisa terus terjadi—karena selalu ada ruang toleransi bagi perilaku bengis yang seharusnya dikutuk keras.

Sekolah Bungkam, Orang Tua Tak Percaya

Pihak sekolah enggan memberikan komentar mendalam. Hanya satu pernyataan singkat yang keluar dari kepala sekolah: “Kami akan koordinasikan dengan pihak berwenang.” Titik. Tidak ada permintaan maaf, tidak ada empati untuk korban. Seolah ini hanya sekadar “urusan luar pagar”.

Sementara itu, beberapa orang tua dari pelaku justru tidak percaya anaknya terlibat. “Anak saya baik di rumah, rajin salat, tidak pernah bikin masalah,” ujar salah satu orang tua. Namun rekaman video menunjukkan sebaliknya. Anaknya terlihat jelas menendang korban tanpa ampun.

Potret Masa Depan yang Mengkhawatirkan

Apa yang terjadi bukan sekadar tragedi, tapi sinyal darurat. Jika pelajar sudah tidak segan melakukan kekerasan di tempat umum, terhadap orang asing yang tidak bersenjata, maka kita tengah mengarah pada masyarakat tanpa empati, tanpa kendali moral.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Exit mobile version